Posts

Kenapa Lama Sekali Tidak Menulis? 30-DAY WRITING CHALLENGE #1

Image
Blog ini lumayan lama tapi sudah lama juga tidak pernah saya isi. Ngomong-ngomong soal isi, saya ingat dulu waktu seorang teman bertanya ‘nanti blognya di isi apa’ ketika dia ingin memulai ngeblog. Kemudian saya jawab kalau blog dia harus diisi dengan tulisan. Untuk itu saran saya pada dia untuk banyak-banyak menulis sebelum dia bikin blog. Karena membuat blog atau website itu sangat mudah dan gampang tinggal kita memikirkan apa yang menjadi konten di dalam blog atau website tersebut. Kini sepertinya nasehat atau saran saya itu memang benar adanya. Karena saya mengalaminya sendiri sekarang. Ketika membuat blog malah bingung mau di isi apa. “Ya di isi tulisan Pik” saya jawab sendiri di dalam hati. Membuatnya mudah mengisinya yang susah. Susah bila kita malas. Seperti saya ini. Hehe Alasan saya menulis lagi di sini adalah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan juga sebagai terapi. Itu alasan utamanya dan alasan lainnya nanti menyusul mungkin saya akan monetise blog

Mulai Lagi

Image
Memulai aktifitas menulis cukup melelahkan. Karena perlu banyak pertimbangan dan membutuhkan banyak energi untuk berpikir. Mungkin disitulah saya sering melakukan kesalahan; sering banyak pertimbangan – padahal kalau mau nulis ya nulis saja tak perlu basa-basi – dan sering mengeluarkan energi yang tidak perlu untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya belum terjadi tapi dalam pikiran visioner ala-ala saya, bahwa nanti akan terjadi seperti apa yang saya pikirkan. Disitu juga saya banyak menemukan sesuatu bahwa pikiran, akal atau intelegensi kita tak sepenuhnya  bisa diandalkan dalam menjalani hidup. Bahkan pada tahap tertentu pikiran dan kawan-kawannya itu banyak membuat falacy atau kesalahan dan pada akhirnya membuat hidup jadi semakin sulit. Terlalu banyak mikir. Ditambah dengan kurang yakin atau defisit  keyakinan. Ketika saya menulis ini ada saja keraguan akan bagaimana nanti tulisan saya ini akan ‘laku’ dibaca oleh orang lain. Padahal belum mulai menulis. Pada

Tipuan Lara

Image
Untuk lari dari lara Ku duga dia mencoba melupakan Mengaburkan ingatan Mencari wadah, u ntuk setiap pecahan Hati yang berserakan Sia-sia saja lari dari lara Dia mempertemukan Bayangan masa lalu Untuk bahan bakarnya, agar makin cepat dia lari Cara kerja sang pikiran menipu Dia memprovokasi rasa benci sebagai pemicu Dengan gambar-gambar kenangan Memanahnya dengan cacian Melemparkan pisau makian Dia tak pernah sadar sedang ditipu Makian dan cacian mengurungnya Dia tak pernah lari kemana-mana Ditikam dan dikhianati Masa lalunya sendiri, Dia janjikan lara pergi Dia bilang lari! Lari! Tenaganya habis Terus menerus di setiap perjalanan.. Lara tak kunjung pergi Dia semakin lara

Kasihan Yah Uangnya?!

Image
Mereka tak kasihan padaku, untuk apa aku perduli dengan mereka. Makanya aku hanya tersenyum saja. Karena aku dan mereka sama-sama licik. Mereka hanya perduli dengan uang. Yah, uang yang aku ambil kerena mereka iri. Kenapa aku saja yang bisa mengambilnya sementara mereka hanya menonton dan kesal setiap melihatku. Cih..  Aku tidak banyak mengeluarkan hipotesis, memang mereka yang berkomentar atasku, mereka yang menyindir dan bahkan yang diam-diam tidak suka padaku juga sama saja; mereka inginkan uang yang aku ambil. Aku yakin itu. Seyakin matahari terbit dari timur. Sekarang aku mulai kesakitan. Badanku tak enak. Setelah aku pura-pura sakit akhirnya aku sakit betulan.  Sial!  Beginilah taktik jitu yang harus aku keluarkan, tak perduli lah, walaupun aku jadi benar-benar sakit. Toh bukannya aku sudah sakit sejak awal. Sejak aku memutuskan untuk menjadi wakil orang-orang yang tak aku kenal dan berpura-pura baik terhadap mereka agar mereka yakin akulah wakil merek

Hal Sederhana Yang Menuntut Ketidaksederhanaan

Image
Dalam beberapa hari saja saya sering mendengar potongan-potongan quote atau dalam istilah orang-orang di sekitar saya tinggal, itu dinamakan kata-kata bijak. Entah sebijak apa kata-kata tersebut dan apakah mereka telah salah mengalamatkan sebuah kategori yang harusnya bukan pada kata-katanya tapi kepada siapa yang mengeluarkan dan mengelaborasi kata-kata tersebut. Agaknya memang salah. Mungkin memang harus diuabah atau semacamnya. Terserah saja saya hanya menyumbang pemahaman akan sebuah prase yang sepertinya telah salah alamat. Mungkin. Mungkin kita juga bisa mengambil alternatif berpikir lain. Kalau kata-kata bijak itu adalah memang milik kata-kata itu sendiri, artinya siapa pun yang mengatkannya mereka hanya sebagai media yang mengharuskan kata-kata itu keluar dan menjadi konsumsi banyak orang.  Bahkan bisa menjadi sebuah 'nasehat' bagi sebagian orang yang sedang kebingungan dalam menghadapi hidup, atau bagi orang yang sedang mencari kebenaran atas apa pun

Malang Pertama

Image
Jalanan yang padat Mulai lengang  Udara yang dingin Semakin menusuk tulang Samar-samar suara kendaraan Ditelan kesunyian Masuk lebih dalam  Ke Dalam gelapnya malam Mencari makna Menemukan surga Tak bertempat, tak terlihat Dari perenungan, menghayati sepi dari ketinggian yang bisa aku tuliskan hanya bait itu. Mengambil jarak, mendapat saripati.  (Malang, 29 Januari 2018)

Bukan Siapa-Siapa

Image
Aku tak mampu menjadi dia, dan menjadi seperti mereka. Begitu juga mereka tak akan mampu menjadi aku. Karena kita berbeda satu sama lain. Walaupun hakikatnya sama dan satu. Jadi untuk apa aku harus menjadi dia dan menjadi mereka seperti mereka yang pasti menolak menjadi sepertiku. Maka aku adalah aku. Dan aku bukan siapa-siapa. Begitu juga seharusnya mereka. Di hadapan Dia yang Tunggal kita sirna, tak berbekas. Catat itu!  Itu yang aku temukan di dalam pembelajaran tanpa institusi dan parameter ukuran angka dengan jarak yang masih terlampau jauh. Panjang jalan yang telah aku lalui, sekarang pun baru aku seperempat jalan dari miliaran kilometer.  Semakin jauh kita melangkah. Banyak yang akan kita temukan dan berakhir dengan kemanunggalan. Aku percaya pada prinsip itu. Terutama dalam langkah mencari diri yang sejati.