Bibit dan Sumber Mata Air


Mereka sekumpulan remaja digerakan oleh rasa ingin berkumpul atas nama Junjungan mereka Sang Kekasih – Diperjalankannya menuju tempat terindah yang menjadi Imam seluruh hamba-hambaNya yang mulia – bersaudara atas nama Sang Maha Tunggal. Pertemanan dan persaudaraan yang jarang dilihat di daerah mereka tinggal.

Tak pernah bermaksud menyaingi dan menandingi pemuda dan remaja-remaja yang terseret derasnya arus zaman, tidak malah menjelek-jelekan mereka, bahkan menyalah-nyalahkannya.

Tidak membuat kutub yang berlawanan. Mereka malah kadang mengajak siapa pun untuk berkolaborasi. Disadari atau tidak mereka sedang ngawiji, dadi siji, sama sejajar, memandang sama siapa pun diantara mereka, setara.

Mereka satu.

Mereka hanya membuat sebuah persaudaraan, membuat sebuah tempat baru bagi remaja-remaja yang digerakan hatinya untuk merasakan hal-hal religius dan mulai tertarik ke dalam dunia spiritual yang lebih dalam. Tempat bagi mereka, remaja-remaja yang kering jiwanya.

Kehausan.

Di tengah keringnya sepetak tanah kering yang dulunya subur, mereka menggali sumur dan menyajikan airnya di samping sumur-sumur yang mereka gali.

Tanpa perduli akan ada yang meminumnya dan meneguk segarnya air itu atau tidak. Bahkan mereka menimba air dari sumur yang sudah lama ditinggalkan oleh penduduk setempat, entah karena sumur itu terutup ilalang atau karena mereka tak percaya bahwa air sumur itu sungguh segar airnya, menembus dimensi jasmani dan rohaniah bagi siapa saja yang meminum.

Mereka adalah juga bibit yang mulai tumbuh, yang (semoga) suatu saat tempat dimana mereka tumbuh sekarang akan tumbuh hutan lebat – bukan saja akan muncul sumber-sumber mata air segar supaya mereka mudah mengakses air tapi juga mendapatkan makanan segar dari sana – sehingga disanalah tempat mereka bisa berteduh dan hidup.

Mereka adalah mata air juga bibit kehidupan. Mereka punya air sendiri, untuk menyirami bibit yang (mungkin) tidak sengaja mereka tanam. Mereka bibit yang mempunyai sumber air sendiri yang tidak mereka mengerti dari mana sumber air yang tak pernah berhenti mengalir itu – semoga tak pernah habis hingga akhir hayat

Teruslah berkembang, hidup, dan menjadi teladan yang baik.

Comments

Popular posts from this blog

Hal Sederhana Yang Menuntut Ketidaksederhanaan

Mbah Adam dan Kedewasaan