Kenapa Lama Sekali Tidak Menulis? 30-DAY WRITING CHALLENGE #1
Blog ini
lumayan lama tapi sudah lama juga tidak pernah saya isi. Ngomong-ngomong soal
isi, saya ingat dulu waktu seorang teman bertanya ‘nanti blognya di isi apa’
ketika dia ingin memulai ngeblog. Kemudian saya jawab kalau blog dia harus diisi
dengan tulisan. Untuk itu saran saya pada dia untuk banyak-banyak menulis
sebelum dia bikin blog. Karena
membuat blog atau website itu sangat mudah dan gampang tinggal kita memikirkan
apa yang menjadi konten di dalam blog atau website tersebut.
Kini
sepertinya nasehat atau saran saya itu memang benar adanya. Karena saya
mengalaminya sendiri sekarang. Ketika membuat blog malah bingung mau di isi
apa. “Ya di isi tulisan Pik” saya jawab sendiri di dalam hati. Membuatnya mudah
mengisinya yang susah. Susah bila kita malas. Seperti saya ini. Hehe
Alasan
saya menulis lagi di sini adalah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan
juga sebagai terapi. Itu alasan utamanya dan alasan lainnya nanti menyusul
mungkin saya akan monetise blog ini. Entah bagaimana pun caranya. Dulu blogger
personal seperti kami – atau mungkin saya doang
– seperti anti atau mungkin bukan anti tapi hanya kurang aware dengan (menghasilkan) pundi-pundi rupiah dari sebuah atau
beberapa blog yang kami kelola.
Paling
kami mengambil manfaat dari pay per post
atau sponsored post. Belum dalam
bentuk adsanse dll. Dan sekarang saya senang
banyak blogger-blogger yang senior bisa hidup dari blog mereka. Senang dan
mungkin bahagia ketika melihat ada teman-teman blogger apalagi blogger yang
saya kenal bisa mengasilkan banyak keuntungan materi dari blog mereka. Berkembang
dari idealisme menulis ala mereka. Bukan yang copy-paste.
Kini
saya coba mulai dengan mencari-cari ide supaya bisa tetap menulis setiap hari. Kemudian
saya memutuskan untuk menjalani tantangan menulis 30 hari. Saya mencari dan
berusaha memikirkan tentang 30 Day Writing Challenge dengan tema yang
sudah dibuat sebelumnya. Atau mungkin kalau memang tidak ketemu tema-tema yang
pas saya bikin sendiri saja. Memang agak repot. Sayab pernah melihat di
Pinterest ada ide-ide tentang itu. Dengan tema-tema yang menarik walaupun dalam
bahasa Inggris. Ya selama masih ada Google Translate bukan sebuah masalah dalam
berbahasa.
Mungkin
saya akan mulai saja supaya tidak menjadi hanya wacana. Dengan tema tulisan
yang saya pilih sendiri. Seenak udel saya. Suka-suka saya. Mau apa kau..
*ditoyor pembaca*.
Kenapa
saya fakum cukup lama dalam dunia menulis, khususnya menulis di blog?
Walaupun
tidak ada yang menanyakan itu tapi biarlah bertanya sendiri jawab sendiri.
Karena
saya banyak menghabiskan waktu dengan mencari jati diri. Yah, sulit dijelaskan
tapi saya akan mencobanya. Saya kebingungan atas identitas asli saya, apa tugas
saya di dunia ini dan saya harus ngapain.
Ya, banyak sekali pertanyaan-pertanyaa tentang pencarian jati diri itu.
Dulu
saya pikir setelah umur 17 (tujuh belas) tahun manusia akan mulai dewasa dan
tahu tentang dirinya. Dan mengetahui tentang kehidupan (yang sebenarnya). Tapi
sampai saya umur 20 (duapuluh) tahun saya masih saja bingung akan jati diri
saya sebenarnya. Banyak hal yang saya lakukan tapi tidak begitu menemukan
kenikmatan dan kadang kenikmatan itu ada tapi kemudian timbul kebosanan dan
akhirnya malah menjadi hal yang membuat saya tidak nyaman dan tidak nikmat
lagi. Nikmat secara batin atau kenikmatan yang dirasakan di dalam jiwa. Saya
tidak merasa tenang atau senang menjalaninya.
Sampai
sekarang pun saya masih mencari hal yang mungkin sudah banyak orang lupakan,
tinggalkan dan bahkan orang-orang di luar sana membuang narasi pencarian jati
diri. Mereka lebih sering berpikir pragmatis, oportunis dan matrealis. Banyak yang
berpikir ‘yang penting kita bisa menikmati hidup, cari kerja, cari uang, makan,
dan berkembang biak’. Bagi mereka mungkin itu hal wajar dan tidak ada yang
salah. Saya pun berpikir itu memang hal wajar-wajar saja namanya juga manusia. Saya
tidak ada maksud untuk menyalahkan orang yang memang sudah berpikir seperti itu
bahkan sampai ke tingkat menjadi perilaku keseharian (habit) yang sudah di lakukan bertahun-tahun dan apalagi sudah
menjadi keyakinan.
Hanya
saja sepertinya kita tahu, itu adalah kebutuhan manusia. Kita biasa mengatkan
bahwa itu adalah hal yang manusiawi. Tapi apakah kita lupa bahwa kita adalah
ciptaan Tuhan yang mungkin waktu kita sebelum lahir ke dunia ini kita memiliki
tugas yang Dia berikan. Ingat juga jika kita bicara hak untuk kita (manusia)
ada hak Tuhan yaitu kewajiban kita untukNya. Kita lupa dan memang diberikan
nikmat berupa lupa oleh Tuhan. Tapi kemudian apakah kita biarkan kealpaan itu
terus menerus dan kita biarkan.
Sehingga
kita lupa akan kewajiban-kewajiban dan tugas kita pada Tuhan. Bahkan sebagian
ada juga yang tidak mengakui eksistensi Tuhan dan bahkan ada yang membencinya.
Ya biarlah yang memiliki pemahaman semacam itu ada dan saya tidak membencinya.
Biasa saja.
Tapi
bagi kita yang beriman akan adanya Tuhan dan mengakui UtusanNya ada semacam keharusan
untuk mengetahui, menjalani, dan melakukan pencarian kewajiban dan tugas kita
di dunia. Dan untuk tahu tugas dan kewajiban maka perlu untuk melakukan pencarian
jati diri. Ketika kita menemukan jati diri kita maka keimanan pada Tuhan dan
UtusanNya akan semakin nyata dan semakin yakin. Lalu pelan-pelan kita akan mengtahui
tugas dan kewajiban kita di dunia dengan diiringi keimanan yang tidak
tegoyahkan.
Masalah
iman kadang orang enggan mengurusinya, padahal iman bisa naik dan turun dan
ketika turun itulah kita sering mendapat masalah kadang saking defisit iman
sebagian orang lari dari keyakinan mereka. Dan mencari kenyamanan di tempat
lain.
Bekerja,
mencari uang, menikah, memiliki keturunan, memiliki rumah dan kendaraan, makan,
minum dan lain-lain adalah manusiawi. Itu juga mungkin yang diklaim sebagai hak
kita sebagai manusia. Kita berhak atas itu semua dan kita pun mengatakan ‘lalu
untuk apa kita hidup? Bukankah untuk itu semua. Semua orang melakukannya bukan?’.
Ya, memang kita hidup untuk itu tapi bukan hanya untuk itu saja.
Seperti yang
saya tulis sebelumnya bahwa kita diciptakan Tuhan dan kita pasti memiliki ‘tugas’
dariNya. Lalu apakah ‘tugas’ kita hanya bekerja, mencari uang, menikah, memiliki
keturunan, memiliki rumah dan kendaraan, makan, minum dan lain-lain, saja? Apakah
tidak ada nilai-nilai ketuhanan disana? Kalau ada saya sangat bersyukur. Tapi kalau
tidak ada bagaimana? Lalu apakah setiap saat kita mengingat Tuhan Sang
Pencipta, Sang Pemberi Nikmat yang selama ini kita rasakan? Kalau ingat dan
sangat ingat terus menerus saya sangat bersykur dan sangat senang juga bahagia.
Tapi kalau tidak bagaimana? Dan bagaimana caranya?
Mungkin kita
melakukan kewajiban sebagai umat beragama. Kita yang beragama Islam melakukan kewajiban
sholat 5 waktu. Kita melakukannya setiap hari sampai sekarang, dan mungkin yang
sudah berumur melakukannya sudah puluhan tahun. Sebenarnya itu saja sudah
sangat baik tapi ada yang lebih baik lagi yaitu kita mencari ilmu tentang
sholat. Karena menurut para ulama melakukan ibadah – sholat contohnya – tanpa
ilmu maka ibadah kita tidak diterima artinya tertolak.
Lalu bagaimana
ibadah selama ini yang kita lakukan? Apakah tertolak karena tanpa ilmu? Saya percaya
bahwa Allah SWT dengan kasih sayangnya menerima ibadah kita. Tapi kita juga
harus mensyukuri nikmat yang Dia berikan pada kita berupa akal pikiran. Itu adalah
perangkat untuk kita belajar dan menuntut ilmu. Mari kita sama-sama belajar. Jangan
biarkan nikmat dari Allah SWT ini kita biarkan begitu saja. Mari kita sama-sama
menghindari dan menghalau kebiasaan kita yang malas belajar, malas berpikir dan
malas untuk menerima nasehat-nasehat baik dan bijaksana.
Itulah kenapa
saya cukup lama fakum atau mungkin menunda untuk menulis karena saya banyak
berkecimpung dan terlibat di dunia keagamaan. Saya belajar lagi. Saya belajar
sedikit demi sedikit. Memperdalam apa yang saya imani. Memperdalam apa yang
saya yakini, apa yang saya lakukan setiap hari, dan menjawab banyak sekali pertanyaan
di dalam kepala saya tentang hidup dan tentang Yang Menciptkan Kehidupan.
Saya
melihat dan sedikit merasakan banyak orang yang melakukan hal yang bersifat
rutinitas dan tidak menikmatinya. Mungkin saja orang lain melihat itu sebagai
kenikmatan tapi saya rasa di dalam diri mereka ada rasa ketidaknyamanan tapi
mereka paksakan. Itu juga saya rasakan dan saya mencoba keluar dari hal-hal
itu. Saya mencari makna. Keluar bukan berarti saya berhenti bekerja atau berhenti dari melakukan
suatu hal. Saya mencoba mencari makna dari pekerjaan atau sesuatu yang saya lakukan,
menggali di setiap menit nikmat hidup yang Allah SWT berikan. Ada apa disana, untuk
apa dan untuk siapa ketika saya melakukannya. Dan banyak lagi pertanyaan yang
ada di benak saya.
Menggali
makna hidup dan kehidupan, menemukan makna eksistensi yang saya pilih dan jalani
kemudian menciptakan eksistensi baru yang lebih bernilai dan bermakna. Seperti
kegiatan menulis ini. Menulis ini saya jadikan sebagai terapi diri, sebagai
eksistensi diri, sebagai jalan saya untuk menebar kebaikan. Memberikan pengaruh-pengaruh
positif. Menyampaikan kebaikan dan hikmah yang saya dapatkan selama ini dan
sedang saya jalani dan bahkan akan terus saya jalani sampai mati. Untuk itulah
saya kembali menulis.
Semoga
saya bisa istiqomah. Dan harus bisa. Semoga dibisakan oleh Allah SWT.
Apakah teman-teman
semuanya merasakan hal yang sama? Atau bahkan melakukan hal yang sama seperti
saya?
Semoga teman-teman
pembaca semua diberikan Allah SWT kekuatan untuk terus belajar dan terus tumbuh
menjadi pribadi yang memberikan manfaat untuk banyak orang. Dilindungi dari
godaan dan bisikan iblis yang terkutuk yang selalu menjerumsukan kita pada
jurang nafsu buruk, keburukan dan kebodohan. Semoga teman-teman juga dibukakan hati
dan pikirannya untuk belajar dan lebih mencintai Rasullulah SAW. Dan juga
semoga teman-teman yang membaca tulisan saya ini diberkahi kehidupannya. Amin..
Image source: https://www.pexels.com/search/writing/
Comments
Post a Comment