Mbah Adam dan Kedewasaan


​Hidup itu harus pintar ngegas dan ngerem. Begitu kata mbah Nun. Kata-kata itu pula dijadikan sebuah judul buku oleh beliau. Insallah ada duit saya beli mbah. Hehe
Seperti makna dan hakikat kisah Adam. Kita bisa belajar tentang ngegas dan ngerem. Dikisahkan mbah Adam waktu itu diberikan kebebasan oleh Tuhan untuk melakukan apa saja di taman tempat ia tinggal, tapi Tuhan melarang mbah Adam dan pasangannya mendekati satu pohon dan memakan buahnya. 

Menurut Miftahuzzaman pohon yg dimaksud adalah pohon keburukan dan mbah Adam dilarang medekati keburukan itu apalagi sampai dimakan (buahnya). Akan tetapi memang sifat dasar manusia semakin dilarang sepertinya semakin penasaran (saya merasakannya sendiri), dan disaat itulah mbah Iblis membisiki mbah Adam untuk memakan buah dari pohon itu. 
Akhirnya mbah Adam dan pasangannya mbok Hawa, tergelincir. Masuk dalam perangkap napsunya.  Tuhan pun melakukan punishment sesuai dengan titahnya di awal pada mbah Adam agar tidak mendekati pohon tersebut,  mereka dikeluarkan dari taman tempat mereka tinggal. 
Tuhan sudah berbaik hati untuk memberikan kepada mbah Adam dengan membebaskan dia melakukan apa saja.  Merdeka.  Tapi rupanya mbah Adam lupa, alias ora eling,  disaat yang sama Tuhan juga memberikan Rule of the game: jangan dekati pohon itu apalagi memakan buahnya.
Dibalik kebabasan dan kemerdekaan yang Tuhan berikan tetap masih ada batasan dan aturan. Karena Tuhan Maha Tahu kenapa mbah Adam dilarang untuk mendekati pohon keburukan itu. 
Melihat kisah ini kemudian saya melihat kejadian yang baru-baru ini terjadi. Banyak orang terlalu meluapkan kebenciannya di media sosial, mencaci maki orang,  dan bahkan ada yang menghina Kiai. Prilaku yang sungguh kurang arif dan harus dihindari. Media sosial sepertinya mempermudah kita untuk mengeluarkan sifat buruk kita. 
Tidak terbayangkan jika di masa mbah Adam sudah ada media sosial. Tuhan mungkin menutup akun atau memblokir semua akun media sosial mbah Adam dan kawan-kawan waktu itu. 
Manusia dewasa adalah manusia yg sudah harusnya bisa memahami apa pun yg terjadi pada kehidupan yang ia jalani. Terlebih pola pikir manusia dewasa (rasionalitasnya) harus lebih besar daripada napsunya. Jangan sampi mudah terprovokasi, mudah dihasut dan mudah berpikir negatif. Selain berbahaya untuk Orang lain,  sikap ini juga berbahaya untuk diri kita sendiri. 
Untuk itu mbah Nun mengatakan hal yang telah saya tulis diatas.  Mungkin juga mbah nun banyak belajar dari kehidupan beliau dan dari kisah mbah Adam ini. Saya pun belajar banyak dari kisah tersebut, dan memang kita ini harus selalu belajar dari berbagai hal yang ada di dunia ini, yanh nampak atau pula yang ghaib. 
Semoga bermanfaat.. 

Comments

Popular posts from this blog

Hal Sederhana Yang Menuntut Ketidaksederhanaan

Bibit dan Sumber Mata Air