Perubahan



“..dengan segala ketidakpastian, namun ada satu hal pasti yang ada dalam hidup ini, yaitu perubahan”

–Totok PDy
“sudah gede yah kamu pik” kata-kata itu selalu orang ucapkan ketika melihat orang yang sudah lama mereka kenal dan sekarang sudah banyak berubah – entah itu postur tubuh (tampilan) atau pun prilaku dan sikap. Saya sebenarnya ingin menjawab dengan jawaban yang nyentrik tapi kebanyakan orang yang berkata demikian cenderung lebih tua dari saya.

Poin yang mau saya ambil sebenarnya adalah: setiap manusia di dalam hidupnya pasti mengalami perubahan hingga sampai pada saat sekarang dia berada.
Dalam kurun waktu satu tahun pernahkan kita menghitung ada berapa perubahan yang terjadi pada lingkungan maupun aspek lainnya?

Atau mungkin tidak harus menunggu duabelas bulan, coba kita ingat-ingat dalam satu bulan saja ada berapa perubahan?
Saya rasa dalam waktu tigapuluh hari saja kita sudah bisa menemukan perubahan situasi, kondisi – baik itu konisi mental atau fisik kita atau orang lain – atau bahkan keadaan finansial, lingkungan, pola komunikasi dan bahkan perubahan budaya.
Apakah budaya bisa berubah, sementara yang kita tahu budaya itu mengakar?
Sangat bisa dan mungkin. Penyebabnya diantaranya karena budaya tersebut tidak dilestarikan dan budaya itu digempur oleh budaya lain yang lebih baru tapi tidak selalu lebih bagus.
Contohnya, budaya sopan-santun pada orang yang lebih tua dari kita, sekarang sudah mulai terkikis di beberapa tempat dan banyak digempur budaya luar – seperti budaya Amerika misalnya.
Bukannya mendiskreditkan budaya negara lain tapi kita bisa lihat di Amerika sana karena kurang kayanya bahasa mereka sehingga berpengaruh pada budaya ‘memanggil’ orang yang lebih tua dari kita, semuanya menggunakan ‘you’ kadang dengan orangtua sendiri pun menggunakan ‘you’. Sementara kita di sini punya banyak kata untuk panggilan orang yang lebih tua, ada berbagai macam sebutan sebagai penghormatan seperti, ‘mbah’, ‘mamang’, ‘ncang’, ‘om’, ‘akang’, ‘romo’, dan masih banyak lagi.
Di sana memperlakukan (memanggil nama) orang yang lebih  tua dari kita sama dengan orang-orang pada umumnya, padahal jelas harusnya sangat berbeda perlakuan kita terhadap orang yang lebih tua.
Itulah barangkali kelebihan budaya kita yang sangat kaya dari segi bahasa saja. Tapi bukan tidak mungkin itu akan berubah jika kita tidak perduli dan tidak melestarikannya.
Terlepas dari hal tersebut, melihat fenomena yang terjadi kita bisa bayangkan jika kita tidak punya kemampuan untuk menghadapi perubahan yang terjadi setiap saat. Mungkin kita akan tetap bertahan tapi akan tersisih dan sulit untuk bergerak, kaku dan monoton.
Lalu apa yang kita butuhkan?
Harus bagaimana kita menyikapinya?
Saya kira kita butuh fleksibilitas. Dangan fleksibilitas inilah kita bisa bertahan dan bisa mengikuti terus perubahan yang ada sehingga kita tidak tergerus, tidak puyeng, tidak ketinggalan zaman, tidak kaku dan monoton.


Fleksibilitas juga berarti berpikiran terbuka, terbuka untuk hal-hal baru, selama itu tidak mengganggu prinsip-prinsip dasar kehidupan. Kunci fleksibilitas adalah dengan membuka pikiran seluas-luasnya, dengan begitu kita selalu welcome dengan perubahan.
Untuk menyeimbangakan fleksibilitas tentu kita juga butuh ilmu. Butuh pengetahuan yang luas dan menjadi pembelajar seumur hidup. Dengan begitu fleksibilitas tidak akan membuat kita mengikuti kemana arus bergerak (terbawa arus). Dengan ilmu dan pengetahuan kita juga bisa memfilter, memilih dan memilah setiap perubahan yang ada.
Ilmu dan pengetahuan membuat kita memahami strategi apa saja untuk menghadapai setiap perubahan. Mungkin itulah gunanya menjadi orang berilmu. Tapi mungkin juga selain berilmu harus juga berakhlak dan beradab.
Semoga Anda semua mampu menghadapi perubahan yag ada di dalam hidup Anda. Saya do’akan.
Perubahan + Fleksibilitas + ilmu = win
sumber gambar: Google
Inspirasi:
  1. Buku Saku NLP (Neuro-Linguistic Programming) Totok PDy
  2. Perubahan yang ada
  3. Segelas kopi dan wanginya

Comments

  1. Beberapa tahun belakangan aku mendapat perubahan yang lumayan drastis.
    Walaupun aku ga merasa berubah, padalmah biasa aja tapi orang-orang menganggap aku sudah dewasa.
    padahal memang iya, tapi asal mereka tahu didalam diriku sebenarnya hanyalah seorang bocah yang masih ingin main :(

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hal Sederhana Yang Menuntut Ketidaksederhanaan

Mbah Adam dan Kedewasaan

Bibit dan Sumber Mata Air